Sabar
merupakan suatu kata yang mudah untuk diucapkan. Namun, tidak semua orang bisa
sabar dalam menghadapi cobaan. Disaat kita diuji oleh Allah dengan hal-hal yang
menyenangkan, pasti kita akan sabar menghadapinya, namun disaat kita diuji oleh
Allah dengan ujian yang tidak menyenangkan, kita akan merasa begitu sulit untuk
menerima cobaan itu.
Sabar
akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa segala
sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Dan apa yang
kita miliki di dunia ini, adalah milik Allah.
Kita
harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang
sebenar-benarnya atas segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Dengan
menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah dan
titipan Allah. Dan yang namanya titipan, suatu saat nanti memang pasti akan kembali
pada pemiliknya, kapanpun pemiliknya menghendaki apa yang dititipkan kembali
atau mau mengambilnya dari kita.
Ketahuilah
dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT
berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya.
Berikut
ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila kita renungkan dan pahami
dengan sebaik-baiknya, insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan
ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya yang paling berat sekalipun :
1. Kita
harus percaya pada jaminan Allah bahwa : ”Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah
[2] : 286). Allah SWT yang memiliki diri kita, sangat tahu
kemampuan kita, jadi tidak akan mungkin Allah memberikan ujian kepada
kita melebihi batas kemampuan kita.
2. Sebenarnya,
kita semua pasti mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan,
asalkan kita kuat iman dan .
3. Coba
kita tanyakan pada diri kita, saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan,
kesedihan dan atau kehilangan, apa manfaat yang bisa kita ambil kalau kita
tidak sabar dan tidak mengikhlaskannya? Apakah dengan ”tidak sabar” dan ”tidak
ikhlas”, maka bisa menghadirkan kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat ujian
tersebut tidak jadi datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang mari kita
pikirkan kembali, kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian
kesulitan / kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita. Jadi
lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa
sabar dan ikhlas menerimanya, maka insya Allah, tidak akan terasa berat lagi
ujian tersebut.
4. Kita
harus selalu baik sangka kepada Allah SWT dan jangan pernah sekalipun meragukan
dan mempertanyakan keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah.
Kita harus bisa sabar dan ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan
pengaturan-Nya.
Ketidaksabaran
merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi
sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan
seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam
kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena
itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara
kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan
niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan
adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada
Allah SWT.
2. Memperbanyak
tilawah (baca; membaca) al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam
hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan
pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur’an merupakan obat
bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak
puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu
terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan
ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun
Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan
maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada
hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat
kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal
secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang
cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan
bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “amalan” seseorang yang dilakukannya, dan
bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu
mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang
sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada
menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian
rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca
kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.
Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam
kehidupan nyata di dunia.
Bisakah
kita mengucap pelan-pelan dengan penuh kesadaran, bahwa semuanya dari Allah dan
akan kembali kepada Allah?
Kita
ini tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Bila kita mampu
mengingat dan mengerti arti kalimat tersebut, di tengah ujian dan cobaan yang
menerpa kehidupan kita, maka Allah akan memberikan “hadiah” yang setimpal di
hari penghakiman nanti.
0 komentar:
Posting Komentar