TPAKU SAYANG TPAKU TIDAK MALANG

Fenomena yang sering kita temui dalam kegiatan perTPA-an adalah semakin sedikitnya jumlah santri atau semakin sedikitnya SDM yang mengelola TPA atau bahkan dua duanya, sehingga membuat TPA seperti lampu yang kehabisan minyak...

MENGENAL MAKANAN HARAM

Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk memilih makanan yang halal serta menjauhi makanan haram. Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda: ” Sesungguhnya Allah baik tidak menerima kecuali hal-hal yang baik,...

KALAU TIDAK KE TPA/TPQ, KE MANA ANAK ANDA MAU BELAJAR AL QUR’AN ??

Orang tua mana yang tidak bangga jika kita memiliki anak sholeh/ah yang taat pada Allah dan berbakti pada kedua orang tuanya. Tapi sayangnya mendidik anak agar menjadi anak sholeh/ah bukan pekerjaan mudah bagi orang tua saat ini.

KAMUS BAHASA ARAB-INDONESIA PORTABLE: AL-MUFID

Al Mufid adalah sebuah program kamus Arab –> Indonesia untuk sistem operasi Windows. Al Mufid memiliki tampilan yang sederhana, mudah digunakan dan dimengerti, dilengkapi dengan sebuah virtual keyboard arab dan latin yang disusun secara alpabetik...

APLIKASI TAJWID, CARA MUDAH MEMBACA AL QUR'AN

Kelebihan dari aplikasi ini adalah adanya tulisan arab sebagai contoh dari penerapan tajwid tersebut, disertai juga dengan suara yang menambah pemahaman kita tentang ilmu tajwid dan pengucapan yang benar akan makhrojul hurufnya.

Tampilkan postingan dengan label Sudut Pandang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sudut Pandang. Tampilkan semua postingan

ARTI SEBUAH KESUKSESAN

    Sukses, semua orang pasti ingin mencapai tahap ini. Baik di kalangan remaja, dewasa atau profesi dokter, mahasiswa, pengusaha dan lain sebagainya juga ingin mencapai sebuah kesuksesan dalam karirnya.Banyak kata, pandangan yang dapat kita definisikan tentang arti sukses. Setiap orang mempunyai definisi sukses yang berbeda-beda. Sukses dapat dinilai dari segala sudut, bentuk dan bidangnya.

    Sukses itu tidak hanya dicapai melalui kerja keras, tekun, ulet, pantang menyerah dan berdoa. Namun kesuksesan juga dipengaruhi berbagai faktor internal dan faktor eksternal yang juga mempunyai peranan penting dalam mencapai sukses. Lingkungan internal contohnya situasi keluarga kita. Situasi keluarga dimana keluarga kita selalu hidup dengan penuh kedamaian, mendukung apapun yang kita lakukan, menasehati dan menghargai apapun tindakan yang kita putuskan, intinya selalu ada untuk kita mendukung segala sesuatunya, dapat saling menghargai dan mengerti satu   sama lain. Situasi seperti inilah sukses dapat dicapai, adanya hubungan harmonis dan timbal balik antara anggota keluarga. Dan sebaliknya, jika lingkungan keluarga kita tidak mendukung, mensuport  pekerjaan apapun yang kita lakukan, alhasil keadaan seperti ini hanya menunda kesuksesan untuk kita. Lingkungan eksternal, seperti  lingkungan pergaulan kita mempengaruhi jalan sukses yang akan kita capai. Lingkungan pergaulan yang terbiasa dengan bermalas-malasan, selalu menunda-nuda pekerjaan apapun, menanamkan hal-hal negatif pada diri kita membuat diri kita juga mengikuti kebiasaan seperti itu, lain hal dengan lingkungan pergaulan kita yang terbiasa menanamkan sikap-sikap disiplin dan bekerja keras, teman-teman yang bisa memotivasi antar teman lainnya, inilah lingkungan pergaulan yang baik untuk menuju sukses. Jadi tidak hanya dengan bekerja keras dan doa namun situasi lingkungan internal dan eksternal juga mempunyai pengaruh yang besar dalam mencapai sukses.

    Kesuksesan yang akan kita gapai tentunya butuh pengorbanan yang begitu besar. Pasti akan banyak tantangan yang akan menghampiri jalan kesuksesan kita. Tetapi janganlah kita mudah menyerah begitu saja, disaat kita sedang menghadapi semua tantangan itu, teruslah berjuang. Pernahkah Anda semua mendengar cerita tentang THOMAS ALFA EDISON penemu bola lampu. Lampu-lampu yang menerangi rumah kita saat ini adalah hasil kerja keras dari beliau. Beliau dalam menenmukan bola lampu ini penuh dengan perjuangan, kegagalan. Beratus-ratus kali kegagalan menghampirinya namun beliau tidak mudah menyerah. Beliau terus melakukan penemuanya. Bagi beliau ribuan kegagalan mnurut orang lain tp bagi beliau, itu adlh ribuan jejak yg brhasil beliau lewati utk sampai di puncak pencapaian. Begitu juga dengan kita, jangan takut jika kita dihadapkan pada sebuah kegagalan, tetap semangat dan berjiwa besar. Seperti yang diungkapkan Thomas Alfa Edison "Ribuan Kegagalan adalah Ribuan Jejak untuk Sampai pada Puncak".

    Bagi saya arti sukses arti sukses adalah suatu keadaan dimana kita mencapai titik terakhir dalam menyelesaikan sesuatu. Semua yang dikerjakan dapat deselesaikan secara tepat waktu dan baik. Seperti, menyelesaikan tugas mata kuliah secara tepat waktu dan dengan hasil yang memuaskan, dan kuliah selama satu semester dengan IPK yang memuaskan. Itu juga dapat dikatakan sukses. Sukses tidak berarti kita sudah bekerja dapat menghasilkan uang, melainkan dapat mengerjakan sesuatu dengan baik itu bagi saya sudah dapat dikatakan sukses. Lain lagi dengan teman-teman dan kerabat saya yang memiliki arti sukses tersendiri, berikut pandangan mereka masing-masing :
  • Setiap orang memiliki harapan, sebagai bagian dari aspek psikologisnya sebagai manusia dari unsur id. Dan untuk mencapai harapan itu, manusia kemudian melakukan usaha melalui pikiran dengan belajar menciptakan konsep-konsep atau ide, melalui kata-kata dengan belajar menggunakan kekuatan kata-kata untuk memitivasi diri dan orang lain, serta dengan  perilaku atau tindakan fisik, yang semuanya mengarah pada satu tujuan yakni agar dapat membantu tercapainya sesuati atau keadaan atau status yang menjadi harapan tersebut. Jadi, kesuksesan itu ada beberapa tahapan; sukses ditataran penciptaan kosep atau ide, lalu sukses ditahap motivasi dan negosiasi, sukses ditahap pelaksanaan, dan terakhir adalah kesuksesan utama dimana harapan awal telah tercapai dan menjadi kenyataan. (Dokter Wayan Mustika)
  • Sukses itu jika selalu menerapkan jujur, ramah dan rajin. (Ayah )
  • Sukses adalah dimana apa yang kita cita-citakan dan impikan sudah tercapai dengan baik, sehingga memiliki pendapatan yang cukup atau lebih untuk diri sendiri maupun orang lain atau yang menjadi tujuan hidup kita tercapai. (Yuni Asmaradani)
  • Sukses itu keberhasilan yang didapatkan melalui usaha. (Ratnawati)
  • Sukses ketika kita sudah mencapai impian. Gagal belum tentu kita tidak sukses, karena kegagalan awal dari sukses. Semakin sering gagal, semakin kuat mental kita meraih sukses. (Vironika Sari)
  • Sukses keadaan dimana orang mencapai keberhasilan. (Ria Satyawati)
    Demikian pandangan tentang arti sukses dari kerabat terdekat. Intinya sukses adalah suatu keadaan dimana mencapainya dengan usaha dan keadaan yang kita impikan dapat tercapai dengan baik. Jadi definisi dari SUKSES itu sendiri relatif, karena setiap orang memiliki pandangan tersendiri. Lalu bagaimana arti sukses bagi Anda ? 

ROMANCE in PUBLIC ?

Inginnya menulis note panjang tentang ini, tapi saya sedang tidak pandai merangkai kata. Jadi, semoga catatan sederhana ini tidak menyalahi perintah Allah agar menyeru kebaikan dengan cara yang bijak. 
Saya tidak tahu harus memulai dengan analogi apa sehingga pesan ini dapat tersampaikan dengan baik. Hanya ingin mengingatkan untuk kawan-kawan semua yang saya hormati, khususnya bagi yang sudah menikah. Setidaknya, ada dua hal asasi yang harus dan seyogianya kita perhatikan :

1. Menjaga pandangan.
Dengan menikah, bukan berarti kita aman dari godaan hawa nafsu lawan jenis, namun justru godaan itu akan lebih besar ketika sudah menikah. Kawan semua tentu ingat, bahwa hal yang paling membuat senang Syaithan adalah ketika mereka mampu memisahkan antara pasangan suami dan istri. Kaitannya dengan facebook, saya merasa sedikit miris hati ketika melihat mereka yang sudah menikah justru memperlihatkan -maaf- foto2 pribadi mereka dengan close up. Wajah tampan, cantik, apalagi foto nikah yang memang sangat terlihat different. 

Kawan, apakah kita tidak merasa risih atau cemburu jika ada orang lain yang membicarakan ketampanan/kecantikan pasangan kita masing2? Harunsya kita mampu menjaga mereka hanya untuk kita. Berhias diri memang disunnahkan, namun hanya untuk tampil didepan pasangan kita, bukan untuk didisplay di public room seperti fb. Dimana 'athifiyyah (sensitivity) kita ketika kita justru bangga melihat kecantikan/ketampanan pasangan kita dipuji banyak orang lain? Bukankah seharusnya kita cemburu? Bukankah justu 'iffah itu lebih penting untuk kita pelihara setelah kita menikah? 

2. Menjaga perasaan bagi mereka yang belum menikah.
Menyatakan ekpresi rasa kasih sayang apa yang kita rasakan terhadap pasangan kita adalah wajar, justru dianjurkan oleh Islam. Tapi apakah harus dengan menampilkan semua status, 'sedang menunggu suami pulang', atau menampilkan foto2 mesra kita -sekali lagi- di public room seperti fb, sehingga orang akan menganggap bahwa kita live in harmony, full of love and romance? 

Kawan, tanpa disadari atau tidak, jangan2 kitalah yang menyebabkan kawan2 kita sendiri, (seislam, se-tarbiyah) menjadi pemuda-pemudi galau seperti yang sekarang melanda. Muslim muda yang lebih mendominasikan dalam dirinya hal-hal berbau galau ketimbang achieving d bright future. Jangan2, status2 romantisme kita dengan pasangan kita, foto2 mesra kita, yang membuat kawan2 kita sendiri mengkhayalkan hal-hal absurd tentang jodoh, atau bahkan wal'iyadzubillah, menjerumuskan mereka ke dalam hubungan tidak 'layak'. Jangan2, kita sendiri yang turut berkontibusi mencemplungkan mereka menjadi muda-mudi cengeng, padahal dalam satu waktu kita mencibir perbuatan mereka. 

Kawan, percayalah, saya sangat tahu apa itu artinya rindu yang membuncah, keinginan untuk terus bersama, dan hal-hal romantisme lainnya yang selalunya ingin kita share terhadap pasangan kita ; Because i already apart for a year after only 1 month met my husband since my marriage. Bukan hanya dipisahkan oleh ratusan kilometer, namun ribuan mil. 

Jadi, mari bersama kita jaga 'Iffah kita dengan hanya membagi romantisme itu di tempat yang sepatutnya, selayaknya, dan sepantasnya; privately. Sesekali boleh saja, asal dengan niatan agar tidak terjadi fitnah, lalu kita mengumumkan status penikahan kita. Namun, Apakah kita merasa sangat perlu orang lain tahu bahwa kita full of romance? Nope. toh, Allah selalunya tahu apa yang kita sembunyikan dalam hati maupun yang kita utarakan. Mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung. 

Wallahua'lam bisshowab.
-al ustadzah Maryam Qonitat-

Keshalihan itu menembus batas..

Keshalihan itu menembus batas..
Kita memang boleh berhitung tentang apa saja..
Juga tentang hidup yang berliku2..
Tapi hidup tak selamanya berjalan dalam kalkulasi matematis.
Kalau sekedar menyambung nyawa, maka Alloh akan memberikan untuk orang beriman dan orang kafir. Tapi untuk soal keberkahan, pembelaan Alloh, karunia, pahala, bimbingan, petunjuk, bahkan janji surga, itu hanya diberikan kepada hamba2 yg MUKMIN. Ayooo,,mari kita jemput takdir Alloh, dimanapun dan kapanpun kita berada. :)
Laizzata ilaabiljihad.......

-Nanda NanDa Nanda-

Wanita/ Muslimah Bekerja Dalam Pandangan Islam

Dewasa ini tampak semakin banyak wanita yang beraktivitas di luar rumah untuk bekerja. Ada yang beralasan mencari nafkah, mengejar kesenangan, menjaga gengsi, mendapat status sosial di masyarakat sampai alasan emansipasi. Anehnya banyak pula para wanita yang mengeluh ketika harus menghadapi ketidaklayakan perlakuan. Diantaranya cuti hamil yang terlalu singkat (hak reproduksi kurang layak), shift lembur siang-malam, sampai pelecehan seksual. Lalu bagaimana Islam memandang permasalahan ini ?
A. Wanita Bekerja, Bolehkah ?
Allah telah menciptakan pria dan wanita sama, ditinjau dari sisi insaniahnya (kemanusiaannya). Artinya pria dan wanita diciptakan memiliki cirri khas kemanusiaan yang tidak berbeda antara satu dengan yang lain. Keduanya dikaruniai potensi hidup yang sama berupa kebutuhan jasmani, naluri dan akal. Allah juga telah membebankan hukum yang sama terhadap pria dan wanita apabila hukum itu ditujukan untuk manusia secara umum. Misalnya pembebanan kewajiban sholat, shoum, zakt, haji, menuntut ilmu, mengemban dakwah, amar ma’ruf nahi munkar dan yang sejenisnya. Semua ini dibebankan kepada pria dan wanita tanpa ada perbedaan. Sebab semua kewajiban tersebut dibebankan kepada manusia seluruhnya, semata-mata karena sifat kemanusiaan yag ada pda keduanya, tanpa melihat apakah seseorang itu pria maupun wanita.
Akan tetapi bila suatu hukum ditetapkan khusus untuk jenis manusia tertentu (pria saja atau wanita saja), maka akan terjadi pembebanan hukum yang berbeda antara pria dan wanita. Misalnya kewajiban mencari nafkah (bekerja) hanya dibebankan kepada pria, karena hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai kepala rumah tangga. Islam telah menetapkan bahwa kepala rumah tangga adalah tugas pokok dan tanggung jawab pria. Dengan demikian wanita tidak terbebani tugas (kewajiban) mencari nafkah, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Wanita justru berhak mendapatkan nafkah dari suaminya (bila wanita tersebut telah menikah) atau dari walinya (bila belum menikah). Bahkan sekalipun sudah tidak ada lagi orang yang bertanggung jawab terhadap nafkahnya, Islam telah memberikan jalan lain untuk menjamin kesejahteraannya, yakni dengan membebankan tanggung jawab nafkah wanita tersebut kepada Daulah (Baitul Maal). Bukan dengan jalan mewajibkan wanita bekerja.
Kalau begitu, bolehkah wanita bekerja ? Masih perlukah ia mencari nafkah dengan bekerja ?
Sekalipun wanita telah dijamin nafkahnya melalui pihak lain (suami atau wali), bukan berarti Islam tidak membolehkan wanita bekerja untuk mendapatkan harta/ uang. Islam membolehkan wanita untuk memiliki harta sendiri. Bahkan wanita pun boleh berusaha mengembangkan hartanya agar semakin bertambah. Allah Swt berfirman : “… Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan” (Qs An Nisa 32).
Hanya saja wanita harus tetap terikat dengan ketentuan Allah (hukum syara’) yang lain ketika ia bekerja. Artinya wanita tidak boleh menghalalkan segala cara dan segala kondisi dalam bekerja. Wanita juga tidak boleh meninggalkan kewajiban apapun yang dibebankan kepadanya dengan alasan waktunya sudah habis untuk bekerja atau dia sudah capek bekerja sehingga tidak mampu lagi untuk mengerjakan yang lain. Justru wanita harus lebih memprioritaskan pelaksanaan seluruh kewajibannya daripada bekerja, karena hukum bekerja bagi wanita adalah mubah. Dengan hukum ini wanita boleh bekerja dan boleh tidak. Apabila seorang mukmin/ muslimah mendahulukan perbuatan yang mubah dan mengabaikan perbuatan wajib, berarti ia telah berbuat maksiat (dosa) kepada Allah. Oleh karena itu tidak layak bagi seorang muslimah mendahulukan bekerja dengan melalaikan tugas pokoknya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Juga tidak layak baginya mengutamakan bekerja sementara ia melalaikan kewajiban-kewajibannya yang lain, seperti mengenakan jilbab jika kelaur rumah, sholat lima waktu dan lain-lain.
Perlu disadari bahwa ketika Allah Swt menjadikan tugas pokok sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, Dia juga telah menetapkan seperangkat syariat agar tugas pokok ini terlaksana dengan baik. Sebab terlaksananya tugas ini akan menjamin lestarinya generasi manusia serta terwujudnya ketenangan hidup individu dalam keluarganya. Sebaliknya bila tugas pokok bagi kaum wanita ini tidak terlaksana dengan baik, tentu akan mengakibatkan punahnya generasi manusia dan kacaunya kehidupan keluarga.
Seperangkat syariat yang menjamin terlaksanya tugas pokok wanita ini ada yang berupa rincian hak dan kewajiban yang harus dijalankan wanita (seperti wajib memelihara kehidupan janin yang dikandungnya, haram menggugurkannya kecuali alasan syar’i, wajib mengasuh bayinya, menyusuinya sampai mampu mandiri dan mengurus dirinya). Ada pula yang berupa keringanan bagi wanita untuk melaksanakan kewajiban lain (seperti tidak wajib sholat selama waktu haid dan nifas), boleh berbuka puasa pada bulan Ramadlan (ketika haid, hamil, nifas dan menyusui). Kemudian ada pula yang berupa penerimaan hak dari pihak lain (seperti nafkah dari suami/ wali). Semua ini bisa terlaksana apabila terjadi kerjasama antara pria dan wanita dalam menjalani kehidupan ini, baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian tidak perlu dipertentangkan antara fungsi reproduksi wanita dengan produktivitasnya ketika ia bekerja. Karena semua ini tergantung pada prioritas peran yang dijalaninya. Munculnya pertentangan ini disebabkan tidak adanya penetapan prioritas tersebut.
B. Dimanakah Wanita Akan Bekerja ?

Usaha manusia untuk memperoleh kekayaan demi memenuhi kebutuhan-kebutuhannya adalah suatu hal yang fitri. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan suatu keharusan yang tidak mungkin dipisahkan dari dirinya.
Namun manusia tidak boleh dibiarkan begitu saja menentukan sendiri bagaimana cara memperoleh kekayaan tersebut, sebab bisa jadi manusia berbuat sekehendak hatinya tanpa mempedulikan hak orang lain. Bila ini yang terjadi, bisa menyebabkan gejolak dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Bahkan bisa mengakibatkan kerusakan dan nestapa. Padahal semua manusia memiliki hak untuk menikmati seluruh kekayaan yang telah diciptakan Allah di bumi ini. Oleh karena itu Allah telah menetapkan beberapa cara yang boleh bagi manusia untuk memperoleh (memiliki) kekayaan/ harta. Antara lain dengan “bekerja”. Ini berlaku bagi pria dan wanita, karena wanita tidak dilarang untuk memiliki harta.
Tatkala bekerja itu memiliki wujud yang luas, jenisnya bermacam-macam, bentuknya beragam dan hasilnya berbeda-beda, maka Allah Swt pun telah menetapkan jenis-jenis kerja yang layak untuk dijadikan sebab kepemilikan harta. Salah satu diantaranya adalah ‘ijaroh’ (kontrak tenaga kerja).
Apabila kita telaan secara mendalam, hukum-hukum yang berkaitan dengan ijaroh bersifat umum, berlaku bagi pria maupun wnaita. Maksudnya wanita pun boleh melakukan ijaroh, baik ia sebagai ajir (orang yang diupah atas jasa yang disumbangkannya) maupun sebagai musta’jir (orang yang memberi upah kepada orang yang memberinya jasa).
Transaksi ijaroh hanya boleh dilakukan terhadap pekerjaan yang halal bagi setiap muslim dan tidak boleh bagi pekerjaan-pekerjaan yang haram. Oleh karena itu, transaksi ijaroh boleh dilakukan dalam urusan perdagangan, pertanian, industri, pelayanan, guru (pengajaran), perwakilan dan perantara bagi dua orang yang bersengketa (peradilan). Demikian pula pekerjaan lain seperti menggali sumber alam dan membuat pondasi bangunan ; mengemudikan mobil ; kereta, kapal, pesawat ; menvetak buku ; menerbitkan Koran dan majalah, menjahit baju, termasuk dalam kategori ijaroh. Semua pekerjaan tersebut boleh dilakukan oleh wanita sebagaimana pria, karena pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang halal dilakukan oleh setiap muslim. Dengan demikian boleh pula bagi wanita bekerja mengambil upah dari semua jenis pekerjaan di atas. Namun bagi wanita harus tetap memperhatikan beberapa hukum lain yang harus diikutinya ketika ia memutuskan untuk bekerja, sehingga ia bisa memastikan bahwa semua perbuatan yang dilakukannya tidak ada yang melanggar ketentuan Allah (hukum syara’).
Apabila setiap muslim yang bekerja (termasuk buruh wanita) untuk memperoleh upah/ gaji sejak awal bersikap demikian, berarti ia telah menempatkan diri pada posisi tawar yang tinggi, sehingga kelayakan kerja bisa dipastikan sejak awal (sebelum melakukan aqad). Dengan demikian majikan tidak bisa berbuat seenaknya kepada buruh. Bahkan majikan akan menyesuaikan dengan keinginan buruh, sebab tanpa jasa para buruh, usahanya tidak dapat berjalan apalagi berkembang. Dengan demikian para buruh wanita tidak akan terjerumus pada polemik yang berkepanjangan dalam ketidak layakan kerja.
Sulitnya dalam kondisi seperti sekarang ini, dimana situasi perekonomian didominasi oleh Kapitalis, posisi tawar buruh di hadapan majikan sangat rendah. Sebab banyak kelompok pencari kerja yang bekerja hanya demi sesuap nasi, akibat rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat. Akibatnya para buruh (termasuk buruh wnaita) tidak bebas memilih jenis pekerjaan dan situasi bekerja yang dikehendakinya. Oleh karena itu agar posisi tawar buruh tetap tinggi di hadapan majikan dalam memilih jenis dan bentuk pekerjaan, situasi bekerja, dan lain-lain, maka para buruh harus senantiasa berusaha meningkatkan keahliannya agar orang lain membutuhkannya. Ia sendiri yang harus menciptakan pasar bagi jasanya. Ini usaha yang dilakukan secara individu.
C. Pengaturan Sistem Interaksi Pria dan Wanita
Tatkala wanita bekerja, selain harus menentukan jenis pekerjaan yang akan dijalankannya dihalalkan oleh syara’, ia pun harus memastikan bahwa situasi bekerjanya sesuai dengan ketentuan syara’. Apabila dalam melakukan pekerjaan tersebut mengharuskan wanita bertemu dengan pria, maka wanita pun harus terikat dengan ketentuan syara’ yang berkaitan dengan interaksi antara pria dan wanita dalam kehidupan umum (bermasyarakat). Artinya ia tidak boleh bercampur baur begitu saja dengan lawan jenisnya tanpa aturan. Oleh karena itu harus difahami bahwa interaksi dalam kehidupan masyarakat antara pria dan wanita (termasuk dalam system kerja) tidak lain adalah hanya untuk saling ta’awwun (tolong menolong). Interaksi kerja ini harus dijauhkan dari pemikiran tentang hubungan jinsiyah (seksual). Sehingga ketika bekerja pun bukan dalam rangka memanfaatkan potensi kewanitaan (kecantikan, bentuk tubuh, kelemahlembutan dan lain-lain) untuk menarik perhatian lawan jenis. Bekerjanya wanita haruslah karena skill/ kemampuannya yang dimiliki oleh wanita sesuai dengan bidangnya.
Pengaturan sistem interaksi ini merupakan tindakan preventif agar tidak terjadi tindak pelecehan seksual pada wanita saat ia bekerja. Dengan demikian Islam sejak awal telah menjaga agar kehormatan wanita senantiasa terjaga ketika ia menjalankan tugas-tugasnya dalam kehidupan bemasyarakat. Adapun tentang pengaturan system interaksi pria dan wanita, Islam telah menetapkannya dalam sekumpulan hukum, diantaranya :
1. Diperintahkan kepada pria maupun wanita untuk menjaga/ menundukkan pandangannya, yaitu :
• Menahan diri dari melihat lawan jenis disertai dengan syahwat sekalipun yang dilihat itu bukan aurat.
• Menahan diri dari melihat aurat lawan jenis sekalipun tidak disertai syahwat misalnya melihat rambut wanita.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS An Nur 31 “Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya”.
2. Diperintahkan kepada wanita untuk mengenakan pakaian sempurna ketika keluar rumah (termasuk ketika bekerja di luar rumahnya) yaitu dengan jilbab dan kerudung (QS 24 : 31 dan QS 33 : 59).
“… dan hendaklah mereka menutupkan khimar (kain kerudung) ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya…” (QS 24 : 31).
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin : ‘hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka…” (QS 33 : 59).
Yang dimaksud dengan khimar adalah kain yang menutup rambut kepala hingga menutup bukaan baju (dada). Sedangkan jilbab adalah pakaian yang dipakai di atas pakaian dalam rumah yang menjulur dari atas hingga ke bawah, menutupi kedua kaki.
3. Dilarang berkhalwat antara pria dan wanita.
Sabda Rasulullah Saw “tidak boleh berkhalwat antara laki-laki dengan wanita kecuali bersama wanita tadi ada mahram”
4. Dilarang bagi wanita bertabarruj (menonjolkan kecantikan dan perhiasan untuk menarik perhatian pria yang bukan mahromnya).
Sabda Rasulullah Saw “barang siapa seorang wanita yang memakai wangi-wangian, kemudian lewat di depan kaum laki-laki, sehingga tercium bau wanginya, maka dia seperti pezina (dosanya seperti pezina)”.
5. Dilarang bagi wanita untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang dimaksudkan untuk mengeksploitasi kewanitaannya.misalkan, pramugari, foto model, artis, dsb.
6. Dilarang bagi wanita untuk melakukan perjalanan sehari semalam tanpa mahram.
Sabda Rasulullah Saw “Tidaklah halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan perjalanan sehari semalam kecuali bersamanya ada mahram”.
7. Dilarang bagi wanita bekerja di tempat yang terjadi ikhtilath (campur baur) antara pria dengan wanita.
Demikianlah Islam mengatur sistem interaksi pria dan wanita. Semua itu ditetapkan oleh Islam tidak lain adalah untuk menjaga izzah (kehormatan) wanita dan menjaga ketinggian iffah kaum muslimin.
Dewasa ini banyak di kalangan wanita (termasuk para muslimah yang terjun ke dunia kerja). Walaupun upah yang mereka terima lebih rendah dan perlakuan yang mereka terima juga tidak layak, namun dari hari ke hari jumlah tenaga kerja wanita (buruh) ini semakin meningkat. Keadaan ini memang tidak terlepas dari kondisi sistem yang mereka hadapi. Dominasi alam Kapitalis ataupun sosialis menciptakan situasi sulit bagi para buruh wanita (masyarakat secara umum).
Sesungguhnya seorang muslim, siapapun dia, dan dalam posisi apapun kedudukannya di tengah masyarakat, tetap terbebani kewajiban melaksanakan aturan-aturan yang diperintahkan Allah Swt. Namun kembali lagi kepada seluruh kaum muslimin, merekalah yang harus mengembalikan agar warna sistem ini sesuai dengan apa yang diridhai Allah Swt. Perjuangan ini memerlukan pengorbanan yang besar dari berbagai pihak secara bersama. Maka dakwah untuk melangsungkan kembali kehidupan Islam adalah langkah yang nyata mewujudkan cita-cita ini.
Bagi para muslimah, hendaknya mereka berusaha sekuat kemampuannya melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah disyariatkan Allah Swt dengan menjalankan seluruh kewajiban sebaik-baiknya (termasuk mengemban dakwah tadi). Menghilangkan berbagai motivasi dan tujuan yang hanya disandarkan pada materi, manfaat dan berbagai unsur lain selain dari keridhaan Allah Swt. Menempatkan keridhaan Allah Swt sebagai unsur tertinggi, yang dengan hal tersebut akan dapat diraih derajat yang mulia disisiNya. InsyaAllah.

Kalian (Ikhwan-Akhwat) itu Mengkotak-kotakkan Siapa-siapa yang Pantas dengan Kalian

Pada suatu sore yang indah, terjadi perbincangan seru antara seorang nona muda yang bersemangat dan seorang ustadz dengan topik yang berkaitan dengan pernikahan. Khususnya pernikahan di kalangan yang terkadang dianggap orang sebagai kalangan yang eksklusif, meski justru tugas mereka menuntut mereka untuk bisa inklusif, yaitu aktivis dakwah. Berikut ini petikan obrolan mereka.
Si Eneng berkata:
Tau toko ***** (sensor – red.) gak? Toko UPS gitu, dia klo beli barang ke perusahaan aku loh. Ada di Yogya.
Si Ustadz berkata:
Ooh.. saya gak tau.
Si Eneng berkata:
Barusan, aku dibilang udah nikah katanya, ckckckck..
Si Ustadz berkata:
Siapa yg bilang?
Si Eneng berkata:
Itu Bu ***** (sensor – red.) customer-ku di Jogja, katanya “sudah nikah ya Bu, pengantin baru nih kayaknya?” gitu.. ckckck…
Si Ustadz berkata:
Kok bisa?
Si Eneng berkata:
Liat foto YM… katanya pasti udah nikah tapi nikahnya belom lama, belom punya anak, rrrrrrrrrrrrr…
Si Ustadz berkata:
Bilang saja gini: belum nikah sih, tapi sudah pengen =D
Si Eneng berkata:
Hahahah, coba tadi aku jawabnya gitu yah, hahaha..
Si Ustadz berkata:
Hehehe. Yup.
Si Eneng berkata:
Iya kan, seandainya udah diketemuin sama the right one mah, ngapain lama-lama, nikah aja, baru pacaran. *insyaf
Si Ustadz berkata:
Kayaknya Eneng pernah ngerasain pacaran ni. Kayak apa sih?
Si Eneng berkata:
Lah kemarin kan..
Belum pernah yah? Mau aku kasih tau rasanya?
Si Ustadz berkata:
Gimana?
Si Eneng berkata:
Ehm… rasanya itu labil banget, kadang seneng kadang sakit. Kesel lah gitu, apa lagi klo udah jealous-jealous gitu, ihhh nyiksa banget dech. Cemburu sama orang yg belom tentu jadi suami kita, prettt, apa-apaan coba ih?
Si Ustadz berkata:
Hahahaha.. uppss..
Si Eneng berkata:
Ihhhh, puas banget kayaknya itu ketawanya, ihh..
Si Ustadz berkata:
Hehehe… ya maaf…
Si Eneng berkata:
Tapi kadang seru juga sih, klo lagi digodain sama cowok-cowok iseng jadi ada yang belain, walaupun mungkin akan lebih menyenangkan klo yang belain itu suami, hiks..
Si Ustadz berkata:
Jelas, apalagi suaminya gagah and pinter bela diri ^-^.
Si Eneng berkata:
Hahah, iya iya, mau donk yang kayak gitu..satu untuk selamanya =D
Hmmm..susah lah itu nyari yang kayak gitu mah.
Si Ustadz berkata:
Yang kayak apa?
Si Eneng berkata:
Yang gagah dan pinter beladiri, tapi sholih dan sayang istri.
Si Ustadz berkata:
Hmm nemu pun belum tentu bisa dimiliki, hehehe… =D
Si Eneng berkata:
Iya bener. Biasanya sih yang punya 4 poin tadi itu, doi juga bakal punya kriteria khusus buat calon istri, poin pertama pasti kudu akhwat, hahaha..
Si Ustadz berkata:
Ya mungkin begitu =D
Si Eneng berkata:
Heheheh..
Interpretasi akhwat di mata para ikhwan itu kayak apa sih? Penasaran.
Si Ustadz berkata:
Akhwat = saudara perempuan yg seiman. Hehehe…
Itu pengertian umumnya, dan ada pengertian khusus.
Si Eneng berkata:
Secara dandanan kayak apa? Jilbab lebar dengan kaos kaki?
Si Ustadz berkata:
Dandanannya ya yang sesuai syariat: tidak tipis, tidak ketat, tidak transparan, menutup aurot, tidak tasyabbuh.
Si Eneng berkata:
Kalo kayak aku yang meski ke mana-mana pake kaos kaki dan jilbabnya syar’i tetap gak bisa dibilang akhwat? Karena masih pake jeans.
Si Ustadz berkata:
Eneng bisa kok dibilang akhwat, karena Eneng kan muslimah. =3
Si Eneng berkata:
Hmm…
Ok lah Saya mah udah pasti diblacklist dari daftar ikhwan, Saya cari yang laki-laki yang penting sholih saja lah..
Si Ustadz berkata:
Ya jangan begitu dong. Jangan berputus asa. Kan semuanya ada prosesnya. Kan Eneng gak akan berhenti hanya sampai di sini, tapi tetap terus maju. Kan?
Si Eneng berkata:
Iyeps
Si Ustadz berkata:
Tetep semangat ya…
Si Eneng berkata:
Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Si Ustadz berkata:
^-^
Si Eneng berkata:
Intinya sih kalian yah (ikhwan-akhwat) itu mengkotak-kotakkan siapa-siapa yang pantas dengan kalian…
Si Ustadz berkata:
Neng, yang disebut akhwat dalam definisi khusus itu bukan cuma sekadar karena tampilan busana. Hmm, dan kesimpulan Neng itu juga tidak tepat Neng.
Si Eneng berkata:
Hmmmmmm..
Si Ustadz berkata:
Boleh Saya berargumen?
Si Eneng berkata:
Coba..
Si Ustadz berkata:
Hmm dari mana ya…
Si Eneng berkata:
Dari mana aja boleh lah, Tadz..
Si Ustadz berkata:
Hmm oke, begini…
Yang disebut ikhwan dan akhwat dalam pengertian khusus itu (sejauh pemahaman saya) adalah saudara-saudara seiman yang terus berupaya memperbaiki dirinya dengan tarbiyah Islamiyah, mendalami Islam dan berusaha dengan sadar mendakwahkannya. Nah mereka diikat dalam tali persaudaraan (ukhuwah) dalam dakwah (makanya yang laki-laki disebut ikhwan/saudara laki-laki, dan yang perempuan disebut akhwat/saudara perempuan – red.). Maka orientasi dalam segala sisi hidupnya adalah untuk dakwah. Termasuk menikah pun untuk dakwah. Lanjut?
Si Eneng berkata:
Lanjuttttttt..
Si Ustadz berkata:
Nah, Saya perlu sebutkan maratibul ‘amal / tahapan amal dalam dakwah. Pernah dengar?
Si Eneng berkata:
Beluum.
Si Ustadz berkata:
Tahapan amal itu adalah…
1. ishlahun nafs
2. takwinul baitul muslim
3. irsyadul mujtama’
4. tahrirul wathan
5. ishlahul hukumah
6. iqamatud daulah
7. ustadziyatul ‘alam
Si Eneng berkata:
Kaitannya?
Si Ustadz berkata:
Erat sekali. Btw, perlu diterjemahin gak tu?
Si Eneng berkata:
Iya atuh ih, Saya kan awam soal itu.
Si Ustadz berkata:
Baiklah Neng, kalau diterjemahkan:
1. perbaikan diri
2. membangun keluarga muslim
3. memperbaiki masyarakat
4. pembebasan negeri
5. perbaikan hukum
6. pendirian daulah
7. Islam menjadi guru seluruh alam
Si Eneng berkata:
Jadi?
Si Ustadz berkata:
Nah… Target terakhir amal dakwah kan menjadikan Islam sebagai ustadziyatul alam dimana Islam berjaya di dunia dan tidak ada fitnah lagi di muka bumi. (saat itu bumi mencapai kehidupan yang aman, damai, adil, makmur, sejahtera – red.)
Si Eneng berkata:
Ho’oh..
Si Ustadz berkata:
Itu diawali oleh tahap-tahap sebelumnya. Mulai dari perbaikan diri dengan tarbiyah (pembinaan/pendidikan) dengan segala sarananya.
Setelah itu memperluas orbit dengan mulai membentuk keluarga muslim, yaitu memperbaiki keluarga kita (ortu, saudara) sehingga keluarga kita memiliki nilai-nilai Islam, dan juga termasuk ketika membangun keluarga sendiri (dengan istri/suami).
Nah, apa tujuan pernikahan dalam dakwah? Coba jawab Neng!
Si Eneng berkata:
Biar bisa dakwah bareng-bareng dan melahirkan generasi Islam juga yang baik. Gitu kali yah?
Si Ustadz berkata:
Betuul! Seratus buat si Eneng mah. Yup, jadi seperti dalam pelajaran biologi, bahwa perkembangbiakan itu untuk mempertahankan jenisnya, hehehe..
Si Eneng berkata:
Ho’oh…ngertiii…
Si Ustadz berkata:
Nah, pernikahan itu juga untuk mempertahankan jenisnya agar da’i-da’i itu tidak punah.
Artinya, membangun generasi muslim berikutnya yang akan meneruskan estafeta dakwah.
Si Eneng berkata:
Iya, kayaknya pernah dapet materi kayak gini waktu liqo (di SMA – red.) dulu.
Si Ustadz berkata:
^-^ Nah, bila keluarga muslim sudah terbangun, nanti bisa memperbaiki maysarakat dan seterusnya. Dan… anak-anak mereka nanti bisa diharapkan untuk dapat menjadi penerus perjuangan. Nah!
Si Eneng berkata:
Ngagetin..
Si Ustadz berkata:
=D Untuk bisa memiliki harapan dapat menghasilkan generasi yang baik… dimulai sejak sebelum nikah.., yaitu memilih pasangan yang terbaik.
Si Eneng berkata:
Setuju sih..
Si Ustadz berkata:
Ada tapinya?
Si Eneng berkata:
Apa?
Si Ustadz berkata:
Itu pertanyaan buat Eneng, soalnya ada “sih”-nya.
Si Eneng berkata:
Ouh, hahahha.. Hmmm.. tapi, tapi bingung =P
Si Ustadz berkata:
Coba… salah satu tugas suami kan mendidik dan mengarahkan istri, berarti kan kudu nyari suami yang terbaik?
Si Eneng berkata:
Iya BETULLLLLLLLLLL. Klo istrinya udah pinter?
Si Ustadz berkata:
Terus, tugas istri adalah ngedidik anak (sebagai pelaku yang utama, meski suami juga punya peran itu), makanya harus nyari istri yang terbaik. Orang tidak cukup hanya pinter, tapi juga istiqomah/terjaga. Karena iman itu kadang naik, kadang turun.
Si Eneng berkata:
Iya, suka futur gitu yah Mas?
Si Ustadz berkata:
Boleh jadi. Makanya kudu bisa saling menjaga. Maka, kedua pasangan harusnya kufu’.
Si Eneng berkata:
Iya iya, jadi memang kudu nyari yg sekufu ya kan?
Si Ustadz berkata:
Itu idealnya. Meski ada kisah-kisah luar biasa (sebagai perkecualian – red.).
Si Eneng berkata:
Nggak boleh yah klo suaminya sholih istrinya masih error waktu pertama nikah?
Si Ustadz berkata:
Dikhawatirkan suaminya justru terpengaruh dan …. terjadi degradasi kualitas.
Si Eneng berkata:
Aaaahh iya benar..
Si Ustadz berkata:
Kenapa begitu?
Karena antara kecenderungan positif dan negatif, biasanya lebih kuat negatifnya.
Melihat pasangannya rajin, gak mudah bisa ikut rajin. Tapi klo liat pasangan males, gampang aja tertular males.
Si Eneng berkata:
Eh tapi lupa yah, kan klo uda cinta mah pasti mau-mau aja tau buat ketularan rajinnya sama pasangan? =P
Si Ustadz berkata:
Itu kalau di awal-awal pernikahan mungkin aja. Tapi kalau sudah agak lama… ehmm saya gak yakin bisa bertahan.
Si Eneng berkata:
Iya juga yahhhh..? Bisa-bisa suaminya minta poligami sama akhwat, hahaha…
Si Ustadz berkata:
Oh hahaha…
Si Eneng berkata:
Ehm, ok fine!! Nawaitu dech mau perbaikin diri, … =D
Si Ustadz berkata:
^-^
###
Begitulah. Dalam urusan mencari pasangan hidup memang harus pilih-pilih, kata orang Jawa sih harus sesuai bibit, bobot lan bebete. Bukan bermaksud mengkotak-kotakkan. Namun di balik itu semua ada tujuan untuk mendapatkan kebaikan di dunia maupun akhirat. Kalau kita dapat yang baik, kan yang untung kita sendiri. Ya kan? 
.;;sumber tulisan: bangcahyo.wordpress.com;;.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More