Dia Bernama Iffah,, Begitu Cantik dan Menenangkan hati.. :)

Dia bernama Iffah, begitu menenangkan hati, bagi yang memilikinya, maupun bagi orang-orang disekitarnya.. Iffah, akan menghantarkan kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, yang lebih menjaga karena terjaga, yang lebih terhormat karna mau menghormati dirinya sendiri.

Tapi,,Iffah disini bukanlah nama seorang gadis modis, bukan pula nama seorang akhwat memikat, apalagi nama seorang ikhwan menawan :).. Iffah ini bisa dimiliki sesemuanya, adek kecil, remaja, dewasa, om-tante, kakek-nenek,, sesemuanya.. Jadi,,mari kita berkenalan dengan Iffah,,



Tafsir QS. An-Nuur : 31
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya

Hmm,, Ingin menikah, tapi belum mampu? banyak yang mengalaminya,,(ehm,,) Ini adalah ujian..
Pesan Allah adalah agar ia menjaga kesucian dirinya. Berlaku ‘iffah. Dibanding zaman dulu sekarang makin banyak godaan, menyerang dari berbagai penjuru, seiring semakin terbukanya pergaulan, yang memungkinkan anak-anak muda sekarang untuk tau banyak tentang lawan jenisnya, sehingga ada rasa senang. Belum lagi semakin terbukanya model-model pakaian. Ingin menikah, tapi belum mampu, masih kelas 1SMA,, atau.. kuliah belum selesai, mau ngasih makan apa, diri ini saja masih dibiayai orang tua.

‘Iffah adalah menahan diri dari segala hal yang boleh, yang dikhawatirkan dapat menjerumuskan diri pada hal yang haram.

‘Iffah adalah menahan diri dari segala hal yang boleh, yang dikhawatirkan dapat menjerumuskan diri pada hal yang haram. ‘iffah kakak kandungnya wara’, hampir sama, bedanya, ‘iffah menahan diri dari hal yang boleh, kalo wara’ menahan diri dari hal yang haram.

Asalnya boleh, tapi dikhawatirkan dapat menjerumuskan ke hal yang haram. Contohnya: nongkrong di pinggir jalan, hukum asalnya boleh, tapi besar kemungkinan jatuh pada hal yang haram, misal, jadi melihat perempuan yang tidak terjaga auratnya ketika dia lewat, atau melihat orang pacaran lewat. Ketika ada pemuda yang tidak mau nongkrong, nah itu ‘iffah. Contoh lain, Janjian makan bareng, biasa, orang mengatakan boleh-boleh saja, “tidak terjadi ikhtilat kok”, tentu suasananya berbeda dengan pengajian, di sana (makan bareng) ada diskusi , ngobrol, bisa menjerumus pada hal yang haram. Terdengar gumaman, “E, yang dipojok lumayan”, yang lain nimpali “tapi yang disampingnya lebih lumayan,” yang lain lagi, “aku lebih suka sama yang lagi ngomong, suaranya berwibawa,” . Jika tidak mau dengan hal seperti itu, dan menahan diri darinya, ini adalah ‘iffah.

Allah berpesan bagi yang belum mampu untuk memilih ‘iffah. Semua orang yang beriman meyakini bahwa semua informasi yang Allah sampaikan, sifatnya pasti. Bila ia ‘iffah, Allah akan segera berikan kecukupan padanya untuk menikah. Ada orang yang memilih untuk tidak ‘iffah. Ada tiga kemungkinan yang terjadi padanya :

1. Gagal pada ma’isyah, sehingga tidak mampu, kalau tidak mampu, tidak ada yang mau

2. Ma’isyah dia sukses, tapi cari jodoh susahnya bukan main, gak ada yang mau.

3. Ma’isyah dapat, jodoh dapet, tapi dia kecewa dengan pilihan jodoh dia sendiri.


Hal pertama yang dilakukan siapapun yang mau menikah adalah ‘iffah.

Jadi,,Sms dengan lawan jenis, boleh gak? “Gimana kabarnya?” Setelah itu keterusan gak? Iya. “Saya baik-baik aja”, lanjut, “sedang apa nih?” “Belajar”, lanjut lagi, “belajar apa?” dan Teruus berlanjut, gak terasa sampai 30 sms. Nah, ‘iffah menjauhkan kita dari hal-hal seperti itu.

Nasehat ini bisa dipenuhi ketika sebelum menikah seseorang bersikap ‘iffah, yaitu, menikah bukan karena ingin tapi butuh.
Akan beda memang!

Sama persis semisal, ada orang yang sudah ingin makan, tapi tidak punya uang untuk beli makan, apa yang dia lakukan? ‘iffah, menahan. Sudah ingin makan, tapi makanannya gak ada. Ini janji Allah, Allah akan mendatangkan makanan itu tepat pada waktunya. Menahan itu, termasuk untuk tidak dekat-dekat dengan teman yang sedang makan. Meminta itu sesuatu yang tidak disarankan. Kalau makanan itu datang, kalau tepat pada waktunya, ketika itu nikmat tidak? Nikmat! Jadi makan itu, nikmatnya terasa. Hal yang sama terjadi pada orang yang ingin menikah, ketika belum mampu dan ia ‘iffah/menahan, Allah akan hadirkan kesempatan itu tepat pada waktunya. Kalau orang menikah karena butuh, semuanya adalah kebaikan.

‘iffah ini akan mampu memenuhi nasehat yang kedua, menikahlah, saat kaki hidup kita sudah menginjak puncak ruhaniyahnya.

Siapapun yang menikah yang diinginkan adalah Sakinah, mawaddah, warahmah. Ini kan hadir ketika masuk pernikahan, persiapan sebelumnya dengan memilih sikap ‘iffah. Allah sudah bahas mulai dari QS AnNuur: 30. Menjaga pandangan. Teringat sebuah lirik lagu popular yang digubah menjadi lirik yang cerdas: "Mata yang paling indaah, yang Ghadul Bashaar.." (Ghadul bashar=menundukkan pandangan) :)

Kita menginginkan Sepertia apa sih SaMaRa, dan bagaimana bisa digapai dengan cara ‘iffah?

QS. Ar-Ruum : 21
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Tiada lain modalnya adalah ‘iffah sebelum menikah.

1. Sakinah

Secara bahasa artinya tenang, tentram. Ini kan berlaku pada keluarga yang tidak menjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan. Bagaimana kalau dia tidak ‘iffah? Mata jelalatan. Ketika dia menikah, dia akan buat kriteria yang jelimet tidak? Iya, ukuran kriterianya berkaitan dengan fisik! Hidungnya yang begini, alis yang begini. Ini akan beda dengan orang yang ‘iffah (berkitan dengan lain jenis), ketika dia membuat kriteria, sederhana. Muslimah! Cepet gak kalau kayak gini? Cepet. Merekalah orang-orang yang tidak sialu dengan kesenangan dunia.

Orientasi keluarga sakinah adalah kebahagiaan dan kemuliaan akhirat. Saya ingat betul tahun 1980-an. Ada ikhwan, anak orang kaya, berpendidikan, wajah tampan. Sehingga banyak teman perempuan yang menginginkan dia. Ibunya gak kalah serunya, temen-temen pada mendaftar jadi besan. Cantik-cantik anak teman-teman si ibu yang ia tawarkan pada si anak, tapi si anak menolak dan memilih seorang muslimah yang tidak begitu cantik dalam pandangan keluarganya. Tapi bagi si anak, ukurannya adalah keshalihahan wanita itu, bukan sekedar cantik fisiknya.

Sakinah ini yang membuat keluarga tidak mudah terusik oleh persoalan-persoalan duniawi. Kalaupun persoalan-persoalan duniawi itu hadir, itu semua akan dipandang sebagai asset yang bisa mengalirkan diri menuju muara hakiki hidup, yaitu kebaikan ukhrawi. Sebenarnya apa hubungan dunia dan akhirat? Lihat, Gambar gunung, dan bayangan dibawahnya. Dunia itu adalah bayangan akhirat. Setiap kesenangan duniawi yang tidak mengantarkan diri mendapatkan kesenangan ukhrawi, maka kesenangan duniawi itu adalah hantu. Setiap nikmat duniawi, yang tidak digunakan untk kebaikan ukhrawi, maka nikmat duniawi itu hanyalah hantu belaka.

Keluarga sakinah akan hadir dari pribadi-pribadi yang sakinah. Dan pribadi sakinah hadir dari pribadi yang ‘iffah. Memandang biasa segala urusan dunia. Memandang luar biasa segala urusan akhirat. Contoh, Suami pulang, istri mengatakan, “maaf ini hanya ada nasi tadi pagi, udah dingin, lauknya hanya ada kecap.”, Suami bilang, “gak pa-pa”, sakinah gak?:), suami memahami, makanan urusan dunia. Yang diributin adalah urusan akhirat. Rebut kalau, suami jam 3 belum bangun.

Pribadi yang sakinah memandang biasa segala hal yang biasa, dan menganggap luar biasa segala hal yang luar biasa. Biasa atau luar biasa bukan pada peristiwanya tapi pada siapa yang memandangnya.

Apa yang luar biasa dalam hidup kita adalah apa saja yang menimbulkan akibat untuk hidup sesudah mati.

Kaya miskin ada pengaruhnya untuk kehidupan sesudah mati? Tidak, berarti biasa.

Cantik gak cantik ada pengaruh gak untuk kehidupan sesudah mati? Tidak, berarti biasa. Maksud saya, kalau ada perempuan yang sibuk dengan kecantikan lahirnya saja, lupa dengan ruhiyahnya?

Memandang peristiwa apapun (dalam kehidupan rumah tangga) sebagai hamparan jalan lurus menuju surga. Ini yang membuat Nabi kita menyebutkan baiti jannati.

2. Mawaddah

Ini juga kita bisa peroleh dengan ‘iffah. Mawaddah adalah Cinta yang melambungkan kita ke langit. Tidak jatuh ke bumi. Kalau anak muda sekarang, kalau suka, bilangnya jatuh cinta, jadinya apa? Kalo jatuh, ya babak belur. Dalam bahasa lain, mawaddah adalah cinta yang mencahaya. Cinta yang membuat kita dan yang kita cintai semakin mencintai Allah ta’ala. Sehingga yang terjadi adalah saling mencintai karena Allah semata, cinta seperti inilah yang membuat langgeng, tidak hanya dunia tapi juga akhirat.

3. Rahmah

Mengasihi tanpa berharap ingin dikasihi. Kasih sayang yang tulus adalah kasih sayang yang diberikan kepada orang lain bukan karena ingin dibalas. Bahagia kita terasa ada pada saat kita bisa membahagiakan orang lain. Jadi bahagia itu di dalam, bukan di luar. Cerita tentang sepasang suami istri mau pergi dengan naik angkutan umum, melewati pematang sawah, ditengah perjalanan, turun hujan rintik-rintik. Lewat, motor yang ditumpangi sepasang suami istri, dalam hati suami istri yang jalan kaki, “ah enaknya naik motor, pasti lebih cepat sampai”, lalu motor dilawati oleh mobil pick up, lalu suami istri yang naik motor berkata dalam hati, “ah, pasti enak naik pick up, tidak perlu basahan-basahan begini”, lalu pick up dilewati oleh mobil sedan, pengemudi pick up bergumam dalam hati, “ah, nyamannya naik sedan”. Si pengemudi sedan adalah seorang suami yang sedang dalam perjalanan untuk menjenguk ibunya yang sakit, lalu dia melihat sepasang suami istri berjalan ditengah rintik hujan,”ah, mesranya suami istri itu, sementara saya, di sini sendiri, istri sibuk dengan urusannya,”.

Pintu bahagia kita hanya akan terbuka ketika kita telah membukakan kebahagian untuk orang lain. Bahagia kita akan terkembang manakala kehadiran diri kita “melindungi”. Rahmah akan membuat kita memandang pasangan hidup kita sebagai yang paling cocok, tak tergantikan!! Seperti kita punya sandal, sandal jepit, katakanlah, sudah agak kusam memang, yang sepasang diganti, mau? Dengan sepatu hak tinggi misalnya, mau? Tentu tidak akan pas dan tidak nyaman.

Bagaimana bila dengan salah satu sandal hilang? Berarti ganti dua-duanya. Artinya, orang tersebut menjadi pribadi yang baru.

Rahmah dibutuhkan ketika menjadikan pertemuan dengan keluarga adalah pertemuan hati penuh arti sarat makna.
Sakinah, mawaddah dan warahmah itu adalah miniatur. Ketika sudah bisa di keluarga, insyaAllah seseorang akan mapmu SaMaRa di masyarakat dan dunia secara luas.

Sebelum berkeluarga, SaMaRakan dulu diri kita, dengan ‘Iffah tentunya!:)



Dari:
Kajian Senin Sore
13 Juni 2011/11 Rajab 1432 H
Bersama Ust. Syatori Abdurrauf

------------------------------------------------------------------------------------------------- Blogger yang baik meninggalkan jejak komentar... ------------------------------------------------------------------------------------------------- Baca Juga Artikel Menarik Lainnya:

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More