Manusia memang boleh berharap dan berencana tentang apa saja dalam kehidupan di dunia ini. Tetapi Allah jualah yang menentukan hasil akhirnya. Ini berlaku bagi siapa saja. Betapa pada seluruh harapan yang kita usahakan, harus ada ruang yang kita sediakan untuk Allah. Sebuah ruang gelap berupa kehendak Allah, yang berada di luar kuasa kita. Di ruang ini, kita hanya bisa menyikapi dengan cara berdo’a, berharap dan bertawakal kepada-Nya. Di ruang ini pula, setiap orang harus menutup semua gelora optimisnya pada setiap ikhtiar yang dilakukan dengan kata “semoga” atau “mudah-mudahan”. Persis seperti seorang ibu yang melepas anaknya ke ruang ujian. Ia tahu anaknya sudah rajin belajar. Tetapi ia harus tetap mengatakan,”Mudah-mudahan engkau berhasil, Nak!”
Ya … seorang mukmin yang meyakini Allah sebagai Tuhannya, juga harus meyakini bahwa Dia pula yang menentukan usia, rezeki, jodoh dan segala ketetapan lain atas dirinya, termasuk datangnya musibah atau kekecewaan. Di sini kita harus belajar bahwa sebagai manusia kita bukan segala-galanya. Bahkan dengan teknologi canggih yang terus berkembang sekalipun tetap ada titik lemahnya. Subhaanallah …
Saudaraku,
Orang bijak berkata bahwa hidup adalah rangkaian ikhtiar demi ikhtiar yang tak selalu berujung dengan kesenangan atau keberhasilan. Karena perjalanan hidup memang tidak selalu mulus, sesuai dengan harapan kita. Hidup itu sendiri merupakan perpindahan dari satu masalah ke masalah lain. Dunia dengan segala godaannya yang memikat hati adalah tempat masalah, tempat iman kita diuji dengan derita atau bahagia, dengan kebaikan atau keburukan, hingga Allah mengetahui siapa yang benar-benar berjihad dan bersabar di jalan-Nya (QS. 47: 31) serta siapa yang terbaik amalnya (QS. 67: 2). Allah pun telah berfirman:
“Apakah kamu mengira akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”(QS. 2: 214)
Yang harus kita yakini adalah Allah tak akan membebani seseorang di luar batas kesanggupannya (QS. 2: 286). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam pun bersabda:
“Seseorang diberi cobaan menurut kadar kekuatan dien yang dimilikinya. Semakin kuat diennya semakin kuat pula cobaannya dan bila diennya melemah, melemah pula cobaannya. Ujian berjalan seiring dengan kadar diennya.” (HR. Bukhari , Ahmad dan Turmudzi)
Saudaraku,
Sebagai manusia biasa, mungkin kita pernah mengalami saat-saat “koma” dalam kehidupan. Saat kita merasa tak kuat lagi menahan beban masalah. Bara semangat di hati kita hampir padam. Kita merasa lemah, lunglai dan lelah menyusuri liku-liku kehidupan yang seolah tak berujung, tanpa ada kepastian. Kita berada di titik kritis dan berharap seseorang akan menarik kita dari keterpurukan. Tetapi … hanya kekecewaan yang kita telan untuk kesekian kalinya. Kita tetap “sendiri” menggapai-gapai “kesepian” di tengah keramaian.
Namun di balik puncak kegentingan, di kala kita merasa sangat tak berdaya dihempas “topan”, biasanya kepasrahan total atau ketergantungan tulus lahir dan bathin yang diberikan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di saat seperti inilah kita harus menyadari bahwa kita sangat membutuhkan pertolongan Allah yakni dengan bermunajat kepada-Nya dengan cara-cara yang disyariatkan-Nya yakni ibadah sholat!
Shalat adalah ibadah utama seorang muslim. Baik buruknya shalat seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan akhiratnya. Namun di masa kini, betapa banyak orang yang tidak mengerjakan amalan ini. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang memang malas untuk mengerjakan shalat, tidak tahu pentingnya shalat dan tersibukkan dengan urusan dunia. Uraian berikut mencoba untuk membimbing seseorang dapat melakukan sholat dengan khusyu’ dan sabar. Insya Allah.
Anjuran, bimbingan, dan arahan tentu dibutuhkan sepanjang perjalanan hidup anak manusia agar dia menjadi orang yang beruntung di dunia dan akherat. Di antaranya adalah anjuran untuk menjalankan ibadah badaniyah terbesar, yakni SHOLAT! Inilah yang dilakukan sosok teladan bagi para orang tua, Luqman Al-Hakim, ketika menyampaikan wasiat kepada anaknya:
“Wahai anakku, dirikanlah shalat…” (Luqman: 17)
Yang dimaksud mendirikan sholat adalah menunaikan shalat dengan seluruh batasan, kewajiban, dan waktu-waktunya (Tafsir Ibnu Katsir, 6/194)
Inilah tanggung jawab yang harus ditunaikan kepada keluarga, sebagai perwujudan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Perintahkanlah keluargamu untuk menunaikan shalat dan bersabarlah atasnya.” (Thaha: 132)
Keluarga adalah siapa pun yang ada dalam sebuah rumah tangga, baik istri, putra-putri, bibi, ataupun ibu. (Syarh Riyadhush Shalihin, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, 2/119)
Mereka dianjurkan untuk menunaikan shalat dan didorong untuk menjalankan shalat, baik shalat fardhu maupun nafilah (shalat sunnah). Sementara memerintahkan pada sesuatu berarti memerintahkan pada seluruh perkara yang dapat menyempurnakan sesuatu itu. Demikian pula perintah untuk shalat. Berarti mengajarkan pula hal-hal yang dapat memperbagus shalat, mengetahui hal-hal yang dapat merusak sholat maupun menyempurnakannya.
Juga bersabar dalam menegakkan shalat dengan seluruh batasan, rukun, adab, dan khusyu’ dalam shalat, karena hal ini terasa berat bagi jiwa. Akan tetapi, jiwa ini harus dipaksa dan diperangi untuk menjalankannya, diiringi pula senantiasa oleh kesabaran, karena bila seorang hamba menegakkan shalat sesuai dengan apa yang diperintahkan ini, maka dia akan lebih menjaga dan menegakkan perkara agama yang lainnya. Sebaliknya, bila seorang hamba menyia-nyiakan shalatnya, maka dia akan lebih menyia-nyiakan perkara agama yang lainnya. (Taisirul Karimir Rahman hal. 517)
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Al-Fahsyaa’ dalam ayat ini meliputi seluruh kemaksiatan yang diingkari dan dianggap kotor serta disukai oleh hawa nafsu. Sementara Al-Mungkar mencakup seluruh perbuatan maksiat yang diingkari oleh akal dan fitrah.
Seorang hamba yang senantiasa menunaikan shalat dengan menyempurnakan rukun-rukun, syarat-syarat dan khusyu’ di dalamnya, akan beroleh cahaya di kalbunya, bersih hatinya, bertambah iman, takwa dan kecintaannya terhadap kebaikan, akan berkurang atau bahkan hilang keinginannya terhadap kejelekan. Dengan begitu, kesinambungan dan penjagaannya terhadap shalat dengan cara seperti ini akan mencegahnya dari segala perbuatan keji dan mungkar. Inilah di antara tujuan terbesar dan buah yang dipetik dari shalat.
Sementara itu, di dalam ibadah shalat terdapat maksud yang lebih agung dan lebih besar, yaitu dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kalbu (hati), lisan dan badan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan hamba-hamba-Nya, dan ibadah paling utama yang dilakukan oleh para hamba adalah shalat, di dalamnya terkandung ibadah seluruh anggota badan yang tidak terdapat pada ibadah selainnya. (Taisirul Karimir Rahman hal. 632)
Keutamaan lain yang bakal diperoleh seorang hamba dengan shalatnya digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak perkataan beliau. Di antaranya yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Bagaimana menurut kalian, bila ada sebuah sungai besar di depan pintu salah seorang dari kalian yang dia mandi di dalamnya lima kali dalam sehari, apakah ada dakinya yang tertinggal?’ Para shahabat menjawab: ‘Tidak akan tertinggal dakinya sedikit pun.’ Beliau pun berkata: ‘Demikian permisalan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan’.” (HR. Al-Bukhari no. 528 dan Muslim no. 668)
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu juga mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, merupakan penggugur bagi dosa yang ada di antaranya selama tidak dilakukan dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 233)
‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu menyampaikan pula:
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim yang didatangi waktu shalat wajib, lalu dia memperbagus wudhu’nya, khusyu’nya dan ruku’nya, kecuali shalatnya akan menjadi penggugur bagi dosa-dosanya yang lalu selama tidak melakukan dosa-dosa besar dan ini terus berlangsung sepanjang masa.” (HR. Muslim no. 228)
Hal yang tak boleh luput dari pengajaran shalat adalah masalah khusyu’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Beruntunglah orang-orang yang beriman, yang khusyu’ di dalam shalat mereka.” (Al-Mukminun: 1-2)
Khusyu’nya seorang hamba dalam shalat adalah hadirnya hati di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, merasakan kedekatan dengan-Nya, hingga tenang hati, jiwa dan gerakannya, hampir-hampir tidak berpaling dari-Nya, dengan sepenuh adab di hadapan Rabbnya, menghadirkan segala yang diucapkan dan dilakukan di dalam shalat, dari awal hingga akhir shalatnya, hingga hilanglah segala bisikan dan pikiran yang hina. Inilah ruh shalat, inilah yang diinginkan dalam shalat seorang hamba, dan inilah yang diwajibkan atas seorang hamba. Oleh karena itu, shalat tanpa khusyu’ dan tanpa disertai hadirnya hati, walaupun mencukupi untuk menggugurkan kewajiban dan mendapatkan pahala, namun sesungguhnya pahala itu sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya. (Taisirul Karimir Rahman hal. 547-548)
Berikut ini adalah TIPS agar shalat kita menjadi khusyu’ dan konsiten dalam mengerjakannya, insya Allah:
Untuk mendapatkan shalat yang khusyu’ perlu adanya persiapan-persiapan, sedangkan persiapan yang dimaksud adalah persiapan bathin dan persiapan fisik beserta sarana-sarananya.
Persiapan bathin diantaranya:
1. Menghadirkan dalam hati untuk apa kita ada di dunia. Kita hidup di dunia yakni untuk beribadah kepada Allah Rabb semesta alam. Diantara ibadah yang diperintahkan kepada kita adalah shalat. Maka mengerjakan shalat adalah kewajiban kita sebagai hamba Allah yang wajib ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Kalau kita hendak menghadap Bos (atasan, juragan dll) saja perlu adanya persiapan yang mantap, apalagi kita hendak menghadap Dzat yang menciptakan kita dan seluruh jagat raya. Bagaimana persiapan kita???
2. Hadirkan dalam hati bahwa ibadah shalat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan dan termasuk amal perbuatan manusia yang pertama kali dihisab (diperhitungkan) pada hari kiamat, maka kita akan melaksanakan shalat sebaik-sebaik shalat agar kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung.
3. Jika kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada menit-menit berikutnya, apatah lagi kita tidak tahu apakah menit berikutnya kita masih hidup?? Maka hadirkan dalam hati bahwa shalat yang kita kerjakan pada saat ini adalah sebagai shalat terakhir kita di dunia.
4. Hadirkan dalam hati bahwa perbuatan dosa yang kita lakukan seperti kelalaian dalam menyambut seruan-Nya, kedurhakaan, kufur nikmat dan dosa-dosa lainnya sudah membuncah memenuhi langit dan bumi, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa tersebut kecuali rahmat Allah yang kita harapkan, maka hadirkan dalam hati kita bahwa shalat yang akan kita kerjakan adalah shalat terakhir kita yang diharapkan dapat menghapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
5. Tanamkan dalam hati bahwa hari-hari setelah kematian kita adalah hari-hari yang sangat mengerikan sebelum datangnya hari kiamat. Hadirkan dalam hati, semoga shalat yang kita kerjakan sebagai amal sholeh yang diterima dan sebagai syafa’at di alam kubur dan di hari kiamat nanti. Apakah sholat kita yang terakhir ini akan kita sia-siakan????
6. Dan masih banyak lagi peringatan-peringatan lainnya untuk menyadarkan hati kita agar kita tidak lalai dalam shalat.
Persiapan fisik beserta sarana-sarananya diantaranya:
1. Perbanyak dzikrullah di waktu-waktu yang luang seperti istighar, tasbih, tahlil, tahmid dll. Baju yang kotor lebih layak untuk dibersihkan, sebelum diberi wewangian atau perhiasan lainnya. Maka jiwa yang berdosa lebih layak untuk memperbanyak taubat dan istighfar agar hati menjadi lunak dan lembut menerima setiap kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantara kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah perintah shalat!
2. Bersihkan tempat dan pakaian kita dari hal-hal yang dapat mengganggu kekhusyukan shalat. Bersih dari najis, suara musik atau suara gaduh, gambar-gambar, patung, minuman khamr dan hal-hal lain yang dapat mengganggu kekhusyukkan shalat.
3. Pahami dan pelajari tentang kaifiyat shalat baik rukun dan syarat-syarat sahnya shalat. Memahami setiap bacaan shalat akan dapat membantu kita dalam melaksanakan shalat yang khusyu’. Bagaimana pendapat kita jika seseorang berkomunikasi di hadapan seorang raja sedangkan ia tidak memahami apa yang ia ucapkan? Dapatkah ia mendapatkan keridhaan raja atau hukuman?
4. Jaga perut agar tidak terlalu kenyang atau lapar. Perut yang kenyang menyebabkan kantuk, sedangkan perut yang lapar akan hilang konsentrasi.
5. Selesaikan segala urusan yang akan menganggu kekhusyukan shalat 1 jam sebelum shalat dimulai atau ditunda terlebih dahulu.
6. Pakailah pakaian atau mukena yang terbaik untuk shalat, yang bersih dari kotoran dan najis serta gambar-gambar yang bernyawa.
7. Kenakan wangi-wangian bagi lelaki sebelum melaksanakan shalat, sedangkan untuk wanita boleh memakai wangi-wangian di dalam rumah. Jika ia hendak keluar rumah untuk melaksanakan shalat berjama’ah maka ada larangan bagi wanita memakai wewangian diluar rumahnya.
8. Berjalan dengan tenang menuju tempat shalat, tidak tergesa-gesa agar denyut nadi dalam keadaan tenang sebelum melaksanakan shalat.
9. Berwudhu’lah dengan tertib dan thuma’minah agar tidak ada anggota wudhu’ yang terlewatkan. Dan jangan lupa berdoa setelah selesai mengerjakan wudhu’.
10. Lakukan shalat di awal waktu, jangan ditunda-tunda. Shalat berjama’ah di masjid lebih utama dikerjakan dibandingkan shalat sendirian di rumah.
11. Berdirilah shalat dengan menghadap sutrah (pembatas shalat) agar shalat kita tidak terputus karena ada sesuatu yang dapat membatalkannya.
12. Mohonlah perlindungan kepada Allah sebelum melakukan shalat dengan membaca ta’awudz.
13. Hadapkan seluruh jiwa raga kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla saat kita mengerjakan shalat. Dalam kitab Kasyful Ghitha, hal. 137-138 disebutkan bahwa rahasia, ruh dan inti shalat adalah menghadapkan seluruh jiwa raga kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ka’bah yang merupakan rumah Allah adalah Kiblat bagi wajah dan badan orang yang melakukan shalat. Dan pemilik rumah itu (Ka’bah), yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kiblat hati dan ruhnya. Allah akan menghadap kepada seorang hamba di dalam shalat selama hamba itu menghadapkan wajah dan hatinya kepada Allah. Jika ia berpaling maka Allah akan berpaling darinya.
Demikian semestinya yang menjadi perhatian kita, demi mengantarkan diri-diri kita dan keluarga kita ke gerbang kebahagiaan dunia dan akhiratnya dengan selalu menjaga sholat yang khusyu’ serta sabar dalam mengerjakannya. Siapa kiranya yang tak tergiur dengan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak pernah diselisihi-Nya:
“Dan orang-orang yang menjaga shalatnya, mereka itu dimuliakan di dalam surga.” (Al-Ma’arij: 34-35)
Saudaraku,
Kehidupan dunia dengan segala konsekuensinya hanyalah sesuatu yang semu dan belum final. Kesejatian dalam kehidupan hanya dapat dirasakan di akhirat nanti. Di akhiratlah setiap orang akan mendapat balasan yang seadil-adilnya atas segala perbuatannya di dunia dan akan terbukti dengan jelas siapa orang-orang yang mempunyai posisi yang mulia atau hina-dina di hadapan Allah, Al-Aziizul Hakim. Kesadaran ini akan membuat kita dapat menyikapi realitas kehidupan dunia secara wajar dan proporsional. Tak lupa daratan jika harapan menjadi nyata, juga tidak terlalu berduka atau putus asa bila keinginan tak terwujud. Kita pun dapat tetap tersenyum tulus dalam menjalani hari-hari yang kadang sepahit empedu di bumi Allah yang fana ini. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam:
“Barang siapa yang selalu memikirkan akhiratnya, maka Allah akan menjadikan hatinya kaya.” (HR. Turmudzi)
Saudaraku,
Perjalanan hidup di dunia hanyalah sebentar. Tidak akan lama … Semoga kita bisa bertahan dalam menapaki sisa umur kita dengan selalu menjalankan ketaatan kepada-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Saudaraku! Bertahan … dan selalu bertahan serta sabar dalam keimanan hingga selamat di penghujung usia dengan husnul khatimah. Semoga Allah senantiasa mengampuni dan merahmati kita fied dunya wal akhirat. Aamien. Allahumma Aamien.
“Ya Allah… Karuniakan kepada kami keberanian serta kemampuan untuk mengubah apa yang bisa diubah, ketabahan dalam menerima apa yang tidak bisa diubah dan kebijakan untuk membedakan keduanya.”
“Ya Allah… Karuniakan kepada kami ketenangan jiwa, yaqin akan saat perjumpaan dengan-Mu dan ridla dengan segala ketentuan-Mu.”
Wallahu a’lam bishawab.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) :a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:
Posting Komentar